Kekayaan Alam dan Laut Indonesia
Kekayaan alam Indonesia
melimpah-ruah. Kekayaan hayati Indonesia seperti hutan, luasnya yang
tersisa menurut Bank Dunia sekitar 94.432.000 ha pada tahun 2010.
Sekitar 31,065,846 ha di antaranya adalah hutan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Indonesia memiliki 10% luas hutan tropis yang masih
tersisa.
Indonesia juga memiliki kekayaan laut yang besar.
Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 dengan panjang garis
pantai 81.000 km. Sekitar 7% (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari
total ikan laut dunia berasal dari Indonesia. Kurang-lebih 24 juta ha
perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk usaha budidaya laut dengan
potensi produksi sekitar 47 juta ton/tahun. Kawasan pesisir yang sesuai
untuk usaha budidaya tambak diperkirakan lebih dari 1 juta ha dengan
potensi produksi sekitar 4 juta ton/tahun.
Kekayaan Tambang Indonesia
Berdasarkan
data Indonesia Mining Asosiation, Indonesia menduduki peringkat ke-6
terbesar untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang, dengan potensi
dan produksi sebagai berikut:
? Walaupun cadangan batubara Indonesia
hanya 0,5% dari cadangan dunia, produksinya menempati posisi ke-6
sebagai produsen dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton.
?
Peringkat ke-25 sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu
sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial.
?
Peringkat ke-13 negara dengan cadangan gas alam. Indonesia menduduki 13
terbesar dunia sebesar 92,9 triliun kaki kubik. Produksinya menduduki
peringkat ke-8 dengan tingkat produksi sebesar 7,2 triliun kaki kubik
dan menduduki peringkat ke-2 sebagai negara pengekspor LNG terbesar
sebesar 29,6 bcf.
? Cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari
cadangan emas dunia dan menduduki peringkat ke-7 yang memiliki potensi
emas terbesar di dunia dengan produksi menduduki peringkat ke-6 di dunia
sekitar 6,7%.
? Peringkat ke-5 untuk cadangan timah terbesar di
dunia sebesar 8,1% dari cadangan timah dunia dan peringkat ke-2 dari
sisi produksi sebesar 26% dari jumlah produksi dunia.
? Peringkat
ke-7 untuk cadangan tembaga dunia sekitar 4,1%. Produksinya menduduki
peringkat ke-2 sebesar 10,4% dari produksi dunia.
? Peringkat ke-8
cadangan nikel dunia (cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9% dari
cadangan nikel dunia), dengan produksi menduduki peringkat ke-4 dunia
sebesar 8,6%
Kekayaan Energi Indonesia
lndonesia memiliki
beragam sumberdaya energi baik yang tidak bisa diperbarui seperti minyak
bumi, gas, dan batubara, maupun yang bisa terus diperbarui seperti
energi panas bumi. Komponen minyak, gas dan batubara saja sudah
menghasilkan 6 juta setara barel oil perhari. Belum lagi energi
terbarukan panas bumi sebesar 40 persen dari total yang ada di dunia
dikuasai Indonesia. Itu hampir setara dengan 28 ribu megawatt. Sebagai
perbandingan, seluruh listrik yang ada di Indonesia sebesar 29 ribu
megawatt.
Sumberdaya minyak bumi Indonesia diperkirakan mencapai 73
miliar barel. Yang sudah dikeluarkan sejak zaman Belanda hingga sekarang
mencapai 23 miliar barel. Diyakini cadangan minyak masih banyak di bumi
Indonesia, meski itu perlu dibuktikan lebih lanjut
Proyeksi Pendapatan dari Kekayaan Alam Indonesia
1. Sektor energi.
Produksi
minyak di Indonesia saat ini sekitar 900.000 barel perhari (bpd).
Adapun kebutuhan konsumsi minyak sekitar 1.300.000 barel perhari. Karena
itu Indonesia harus mengimpor sedikitnya 400.000 barel perhari untuk
memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri. Bila asumsi harga minyak impor
adalah US$100/barel, sementara Biaya Lifting, Refining dan Transportasi
(LRT) minyak dalam negeri sekitar US$15/barel sampai di SPBU dengan
nilai tukar rupiah Rp 9.000/US$ maka biaya yang dikeluarkan Pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan BBM perhari:
Sumber Minyak
Biaya Perbarel
Total
Impor
400.000 barel x [$ 100 + $ 2.55 (RT)*]
$ 41.020.000
Produksi Sendiri
900.000 barel x $ 15 (LRT)
$ 13.500.000
Jumlah
$ 54.520.000
Jika US$ 1 = Rp.9.000
Rp. 490.680.000.000
*Biaya refining dan transportasi (RT) sekitar 17% dari total biaya LRT
Adapun
penerimaan dari menjual BBM kepada masyarakat dengan harga saat ini (Rp
4.500,- perliter) adalah: 1.300.000 barel x 159 liter/barel x Rp.
4.500,- = Rp. 930.150.000.000,- perhari. Keuntungan dari penjualan BBM
perhari sekitar Rp. 439.370.000.000,-, atau setara dengan Rp. 160.4
triliun,- pertahun.
Produksi gas (LNG) adalah setara 5,6 juta barel
minyak perhari, namun harganya di pasar dunia hanya 25% harga minyak,
jadi nilainya sekitar Rp 297 Triliun (nett profit sekitar Rp 268
Triliun). Produksi batubara adalah setara 2 juta barel minyak perhari,
dengan harga di pasar dunia sekitar 50% harga minyak, jadi nilainya
sekitar Rp 212 Triliun
2. Pertambangan.
Produksi pertambangan
terutama emas seperti yang dikelola PT Freeport atau PT Newmont kita
lakukan melalui perhitungan dengan taksiran dari setoran pajak mereka.
Ini bila kita percaya kebenaran nilai pajak PT Freeport yang Rp 6
triliun pertahun, dan ini baru 20 persen dari nett profit—itu artinya
nett profit-nya adalah Rp 30 triliun pertahun. Sumber lain menyebut
produksi emas di Freeport adalah sekitar 200 ton emas murni perhari.
Dengan demikian secara kasar—bersama perusahaan tambang mineral logam
lainnya, yakni emas/Newmont juga timah, bauksit, besin juga kapur,
pasir, dan lain-lain—nett profit sektor pertambangan adalah minimal Rp
50 triliun pertahun
3. Hasil laut.
Menurut Rokhmin Dahuri,
nilai potensi lestari laut Indonesia baik hayati, non-hayati maupun
wisata besarnya sekitar US$ 82 Miliar atau sekitar Rp. 738 Triliun. Pada
Tahun 2010 nilai produksi perikanan tangkap mencapai Rp 61,24 triliun
lebih rendah dari target nilai produksi tahun 2010 sebesar Rp 87,275
triliun
4. Hasil hutan.
Yang paling menarik adalah produksi
hutan. Luas hutan Indonesia yang tersisa tahun 2010 adalah 94.432.000
hektar. Untuk mempertahankan agar lestari dengan siklus 20 tahun, maka
setiap tahun cukup 5 persen tanamannya yang diambil. Bila dalam 1 hektar
hutan, hitungan minimalisnya ada 400 pohon, itu berarti setiap tahun
hanya 20 pohon perhektar yang ditebang. Kalau kayu pohon berusia 20
tahun itu nilai pasarnya Rp 2 juta dan nett profit-nya Rp 1 juta, maka
nilai ekonomis dari hutan Indonesia adalah 94 juta hektar x 20 pohon
perhektar x Rp 1 juta perpohon = Rp 1.880 triliun. Namun, tentu ini
tidak mudah didapat, karena saat ini lebih dari separuh hutan Indonesia
telah rusak oleh illegal logging. Harga kayu yang legal pun telah
dimainkan dengan transfer pricing untuk menghemat pajak. Namun, Rp 900
triliun juga masih sangat besar. Jika dikelola dengan baik, masih banyak
hasil hutan lain yang bernilai ekonomis tinggi, misalnya untuk
obat-obatan.
Ironi Indonesia
Ironisnya, angka kemiskinan
di negeri ini masih sangat tinggi. Menurut BPS, penduduk miskin
Indonesia tahun 2011, dengan pengeluaran kurang dari 230 ribu, mencapai
30 juta jiwa. Jika ditambah dengan penduduk ‘hampir miskin’ yang
pengeluarannya antara Rp 233-280 ribu, jumlahnya meningkat menjadi 57
juta orang atau 24% dari total penduduk Indonesia. Jumlah itu membengkak
jika menggunakan standar kemiskinan internasional, yakni kurang dari
US$2 perhari. Menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 2009 sebanyak 50,7%
atau lebih dari separuh dari penduduk negeri ini masih dalam kategori
miskin (World Bank, World Development Indicators 2011).
Menteri
Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa mengatakan, hingga saat ini
(April 2012) sebanyak 13 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki
rumah tinggal dan 4 juta punya rumah tetapi tidak layak huni
Hingga
awal Tahun 2012 Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi
buruk. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta
balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Indonesia juga terlilit hutang. Dalam pagu APBN-P 2012 untuk pembayaran
cicilan utang (pokok dan bunganya) mencapai Rp 322,709 triliun, terdiri
dari cicilan pokok utang Rp 200,491 triliun dan cicilan bunga Rp 122,218
triliun. Indonesia betul-betul sudah terlilit utang. Walaupun akumulasi
pembayaran cicilan utang baik bunga maupun pokok selama 12 tahun antara
tahun 2000-2011 mencapai Rp 1.843,10 triliun, anehnya jumlah utang
negara justru bertambah. Tercatat utang Pemerintah Pusat pada tahun 2010
atau era Presiden SBY masih sebesar Rp 1.677 triliun. Pada tahun
anggaran 2011 utang Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.803 triliun dan pada
Mei 2012 total utang Pemerintah Pusat sudah mencapai Rp 1.944,14
triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar