Danau Nyos, danau luas yang terdapat di kawasan Kamerun, Afrika Barat.
Kedalaman danau ini mencapai 157 m dengan bagian terdalamnya 208 meter.
Ada banyak penduduk yang tinggal dilembah di sekeliling danau Nyos.
Namun, pada tahun 1986, terjadi keanehan di pemukiman penduduk itu.
Sekitar 1700 orang meninggal secara mendadak dan bersamaan. Yang lebih
anehnya, semua penduduk yang meninggal itu tewas dalam posisi ketika
sedang melakukan pekerjaan sehari-hari. Ada yang tewas sambil memompa
air, sedang memasak dan ada juga yang tewas ketika sedang meminum
segelas air. Beberapa orang yang selamat dari peristiwa itu menceritakan
apa yang terjadi pada hari orang-orang tersebut meninggal .
Katanya,
pada malam sebelum kejadian itu, udara tiba-tiba terasa hangat dan
tercium bau seperti telur busuk. Masyarakat tidak terlalu memperdulikan
kejadian itu. Dan tiba-tiba keesokan paginya, banyak mayat yang
bergelimpangan ketika mulai sibuk dengan aktivitas harian mereka. Tidak
ada yang tahu pasti apa yang menjadi penyebab kematian yang aneh itu.
Namun para ahli menemukan, kalau warna air Danau Nyos berubah dari
bening menjadi warna oranye terang.
Untuk mencari jawaban, para ahli
kemudian meneliti Danau Craten di Oregon. Danau ini adalah danau terluas
nomor tujuh di dunia. Luasnya mencapai 50 km persegi dengan kedalaman
594 meter. Sehingga digambarkan kalau Empire State dimasukkan ke danau
ini, pasti akan tenggelam. Danau Craten menampung sekitar 19 triliun
liter air.
Sekitar 7700 tahun yang lalu, Gunung Mazame di tempat itu
meletus dan melemparkan puncak gunungnya. Kawah inilah yang kemudian
membentuk Danau Craten. Namun, ternyata aktivitas gunung Mazame masih
tetap mempengaruhi danau tersebut. Karena dibawah danau ternyata masih
terdapat kolam-kolam bekas magma yang masih tetap panas.
Para ahli
menemukan bahwa suhu air di dasar danau lebih hangat beberapa derajat,
kadar garamnya juga sepuluh kali lebih pekat dan MENGANDUNG BANYAK CO2.
CO2 ini kemudian merembes dari celah-celah kerak bumi dan menuju ke
kawah yang kini telah menjadi danau. Namun, keberadaan air telah
menghalangi CO2 itu naik ke udara. Kalaupun ada sedikit yang terlepas,
masih bisa hilang terbawa hembusan angin. Sehingga tidak terlalu
membahayakan.
Proses pergantian musim juga sangat mempengaruhi. Pada
musim dingin, perputaran air akan terdorong ke bawah karena suhu dibawah
lebih hangat. Sebaliknya pada musim panas, perputaran air akan naik ke
atas. Siklus inilah yang kemudian membuat munculnya lapisan-lapisan air
yang berbeda kadar kepadatannya.
Lapisan air yang paling bawah lebih
pekat daripada yang diatas. Di lapisan air yang paling bawah inilah CO2
yang mengalir dari dasar bumi itu tertahan. CO2 tidak bisa naik lebih
tinggi karena perbedaan kepekatan air di lapisan atasnya. Sehingga
berkumpul dan terakumulasi selama puluhan tahun dan menjadi sangat
banyak di lapisan air yang paling bawah.
Fenomena ini kemudian
ditemukan juga pada Danau Horseshoe yang berukuran lebih kecil dari
Danau Craten. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar danau itu mengering dan
akhirnya mati. Setelah diselidiki, ternyata kadar CO2 di danau ini
mencapai 100 ton/hari dan meresap ke tanah. Inilah yang membuat
pohon-pohon di sekitarnya mati. Para ahli kemudian melakukan percobaan
dengan menggali sedikit tanah di tepi danau itu lalu mencoba menyalakan
api.
Namun, akibat pekatnya kadar CO2 nya, api langsung padam begitu
didekatkan dengan tanah. Ternyata akumulasi CO2 yang sudah sangat banyak
di danau itu akhirnya meluap dan menyebabkan danau itu menjadi sangat
berbahaya. Namun, kadar CO2 di Danau Horseshoe tidak terlalu
membahayakan manusia, karena batas kadar yang membahayakan adalah 1,75
juta ton. Dan ini hanya akan terjadi pada peristiwa gunung meletus.
Penemuan-penemuan
inilah yang kemudian membantu para ahli untuk bisa menyimpulkan apa
yang terjadi di Danau Nyos. Malam hari sebelum peristiwa itu, ada sebuah
tebing di tepian danau, runtuh dan masuk ke air. Diperkirakan
reruntuhan tebing ini telah menggoncang lapisan-lapisan air. Sehingga
lapisan paling dasar yang dipenuhi dengan CO2 menjadi pecah dan
mengalirkan CO2 dalam jumlah besar ke permukaan danau.
Keesokan
paginya aliran CO2 ini kemudian memasuki wilayah pemukiman penduduk. Dan
karena CO2 tidak berwarna dan tidak berbau, penduduk tidak menyadari
kedatangannya. Itulah yang menyebabkan banyak penduduk yang tewas ketika
sedang mengerjakan kegiatan hariannya. CO2 ini seperti pembunuh yang
mengintai diam-diam.
Mungkin hanya segelintir orang saja yang menyadari
adanya bahaya tak kasat mata yang terdapat di dasar danau yang terlihat
sangat indah di permukaannya itu. Tanpa mereka sadari, mereka telah
menghirup CO2 yang berasal dari lapisan paling dasar danau, yang telah
terakumulasi selama puluhan tahun. Dan banyak sekali orang yang
meninggal karena itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar